Diikut sertakan dalam lomba #suratuntukruth
novel Bernard Batubara (@Benzbara_) dan Gramedia Pustaka Utama (@Gramedia)
#suratuntukmantan
Untuk seseorang yang pernah aku miliki, pernah aku kasihi,
pernah aku dambakan, pernah merasuki pikiran dan pernah ada di dalam hati ini.
Kita telah
jauh melangkah untuk merasakan alunan melody dan warna dari kenyataan hidup
ini. Ketika aku pernah berfikir saat pertemuan pertama kita akan menjadi awal
yang indah. Pertemuan kita terasa semakin indah untuk melekatkan kedua hati ini
sehingga menjadi sebuah cinta. Tanpa aku sadari bahwa saat kita semakin
bersama, kita semakin dekat, kita semakin melekat, kita sebenarnya telah
membuat dua hati kita sendiri semakin menyatu untuk sangat sulit melepaskannya.
Aku tak mau pergi untuk meninggalkan kamu, tapi aku harus pergi. Semakin aku
pergi jauh untuk meninggalkan kamu, namun pikiran ini akan semakin dekat untuk
memikirkanmu.
Aku masih
menyayangimu, tapi untuk meninggalkanmu itu hal yang paling aku benci. Aku
benci melupakanmu. Melupakan bahwa aku dulu menganggapmu hanyalah angan-anganku
dan kini aku harus melupakanmu agar dirimu hanyalah menjadi bayang-bayangku.
Bayangan yang pernah aku sentuh, hanyalah kamu. Bayangan berwarna yang
berhasil mencerahkan hari-hari gelapku.
Kenangan ini
masih aku genggam erat, sangat erat seperti menggenggam seekor merpati yang
ingin terbang kembali kepada satu pasangannya. Aku ingin seperti merpati yang
setia, “Sejauh apapun ia pergi, ia pasti mampu untuk kembali ke pasangannya
lagi,”. Mungkin, jika kamu hanya pergi dan tak kembali, cinta ini akan
seperti Love Bird, “Ketika diantara satu pasangannya pergi dan
tak kembali, ia menganggapnya mati. Setelahnya itu ia menyusul pasangannya yang
telah dianggap mati untuk ikut mati juga,”
Aku hanya
ingin kamu kembali, karena aku tak ingin hanya mampu melihatmu dari bayangan
mimpi. Mulut ini yang berbicara dan berdoa bahwa aku ingin kamu kembali lagi.
Dengarkan kata hatimu sebelum termakan oleh ucapanmu sendiri bahwa kamu ingin
menjauh dariku, kamu mengatakan “Jangan ingat lagi aku dalam setiap pikiranmu
dan jangan sebut namaku lagi dalam setiap doamu!”.
Aku tak
ingin kita bersatu hanya untuk berpisah. Meninggalkan satu, dua, dan banyak
kenangan lagi hingga nantinya terbakar sia-sia oleh api emosi. Emosi kita
berdua yang selalu bilang kita sanggaup untuk bersama, tapi disetiap detiknya
kita malah semakin terpisah. Kita terlanjur berpisah meninggalkan semuanya
kemudian berharap ada jalan berputar untuk bisa kembali menjeput kenangan yang
sudah terbakar sia-sia. Hanya karena api emosi.
Kenangan
harus pergi, meninggal kepastian yang dulu pernah tumbuh di hati. Aku berharap
pilihanmu tepat sehingga aku berada dalam posisi yang tepat. Mantan, kata yang
tepat untuk kita. Mantan yang mungkin sebenarnya menyimpan kenangan disaat
harus membuangnya jauh dari masa lalu. Tinggalkanlah masa lalu ini, dan kamu
dengan mudah bisa membuka hatimu yang terkunci erat karena sebuah kenangan.
Masa Lalu
Kamu,
Putrauma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar