Selasa, 01 April 2014

Kenangan Yang Harus Pergi

 Diikut sertakan dalam lomba #suratuntukruth novel Bernard Batubara (@Benzbara_) dan Gramedia Pustaka Utama (@Gramedia)
 #suratuntukmantan

        Untuk seseorang yang pernah aku miliki, pernah aku kasihi, pernah aku dambakan, pernah merasuki pikiran dan pernah ada di dalam hati ini.
Kita telah jauh melangkah untuk merasakan alunan melody dan warna dari kenyataan hidup ini. Ketika aku pernah berfikir saat pertemuan pertama kita akan menjadi awal yang indah. Pertemuan kita terasa semakin indah untuk melekatkan kedua hati ini sehingga menjadi sebuah cinta. Tanpa aku sadari bahwa saat kita semakin bersama, kita semakin dekat, kita semakin melekat, kita sebenarnya telah membuat dua hati kita sendiri semakin menyatu untuk sangat sulit melepaskannya. Aku tak mau pergi untuk meninggalkan kamu, tapi aku harus pergi. Semakin aku pergi jauh untuk meninggalkan kamu, namun pikiran ini akan semakin dekat untuk memikirkanmu.
Aku masih menyayangimu, tapi untuk meninggalkanmu itu hal yang paling aku benci. Aku benci melupakanmu. Melupakan bahwa aku dulu menganggapmu hanyalah angan-anganku dan kini aku harus melupakanmu agar dirimu hanyalah menjadi bayang-bayangku. Bayangan yang pernah aku sentuh, hanyalah kamu. Bayangan berwarna  yang berhasil mencerahkan hari-hari gelapku.
Kenangan ini masih aku genggam erat, sangat erat seperti menggenggam seekor merpati yang ingin terbang kembali kepada satu pasangannya. Aku ingin seperti merpati yang setia, “Sejauh apapun ia pergi, ia pasti mampu untuk kembali ke pasangannya lagi,”. Mungkin, jika kamu hanya pergi dan tak kembali, cinta ini akan seperti Love Bird, “Ketika diantara satu pasangannya pergi dan tak kembali, ia menganggapnya mati. Setelahnya itu ia menyusul pasangannya yang telah dianggap mati untuk ikut mati juga,”
Aku hanya ingin kamu kembali, karena aku tak ingin hanya mampu melihatmu dari bayangan mimpi. Mulut ini yang berbicara dan berdoa bahwa aku ingin kamu kembali lagi. Dengarkan kata hatimu sebelum termakan oleh ucapanmu sendiri bahwa kamu ingin menjauh dariku, kamu mengatakan “Jangan ingat lagi aku dalam setiap pikiranmu dan jangan sebut namaku lagi dalam setiap doamu!”.
Aku tak ingin kita bersatu hanya untuk berpisah. Meninggalkan satu, dua, dan banyak kenangan lagi hingga nantinya terbakar sia-sia oleh api emosi. Emosi kita berdua yang selalu bilang kita sanggaup untuk bersama, tapi disetiap detiknya kita malah semakin terpisah. Kita terlanjur berpisah meninggalkan semuanya kemudian berharap ada jalan berputar untuk bisa kembali menjeput kenangan yang sudah terbakar sia-sia. Hanya karena api emosi.
Kenangan harus pergi, meninggal kepastian yang dulu pernah tumbuh di hati. Aku berharap pilihanmu tepat sehingga aku berada dalam posisi yang tepat. Mantan, kata yang tepat untuk kita. Mantan yang mungkin sebenarnya menyimpan kenangan disaat harus membuangnya jauh dari masa lalu. Tinggalkanlah masa lalu ini, dan kamu dengan mudah bisa membuka hatimu yang terkunci erat karena sebuah kenangan.

Masa Lalu Kamu,


Putrauma 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar