Hari ini, aroma makanan warteg pinggir jalan tercium lebih
menyengat dari biasanya.
Hari ini, bau mulut lebih meledak dari biasanya.
Hari ini, harum tubuhmu tak tercium seperti biasanya.
Hari ini, besok, dan seterusnya
hingga akhir ramadhan, semoga semua kembali seperti biasanya.
Semalam, kamu terlihat lebih
feminim dari biasanya. Ketika mukenah menutupi tubuhmu dan kamu melangkah ke
mushola terdekat. Merubah pikiranku untuk berjalan menuju masjid yang jauh. Aku
hilang kesadaran bahwa aku telah berdosa karena membatalkan niatku ke masjid
untuk melangkah lebih jauh dan mendapat pahala lebih banyak, tapi aku malah
mengejarmu. Aku hanya berpikir jika aku mengikutimu maka kita akan berada
ditempat yang sama, semakin dekat, berdoa bersama, walaupun aku berada di
beberapa shaf didepanmu dan bukan sebagai imam. Aku hanya bisa membayangkan aku
akan berada diposisi itu.
Kita tak bertegur sapa saat
bertemu, tapi aku lihat jelas sorot matamu menatap kearahku. Atau mungkin kamu
hanya melihat baju koko yang ku kenakan lebih rapi, karena kamu ingat dulu aku
hanyalah anak kucel yang kamu kenal. Terserah dengan semua yang ada dipikiranmu
sekarang, aku hanya berharap kita berada dalam satu doa yang sama dan saling
mendoakan agar kita saling dipertemukan walau kita selalu saling menyia-nyiakan
kesempatan yang ada.
Rasanya begitu sempurna, ketika
kamu pergi lalu kembali lagi. Kamu layaknya hidangan makanan dibulan ramadhan.
Datang saat Sahur, menghilang, dan bertemu lagi saat Magrib. Kalaupun bertemu kita
disiang hari kitapun tak saling bertegur sapa, aku pasti tak menikmati untuk
memandangimu karena harus menahan nafsuku. Kamu layaknya hidangan sahur, ku
nikmati untuk melepas dahaga rindu. Kamu juga layaknya hidangan berbuka, selalu
ada rasa manis disaat kita jumpa. Dan kamu layaknya takjil, belum membuatku
puas akan keberadaanmu saja.
Sekarang tinggal seberapa tahan
aku menunggu. Menunggu saat berbuka puasa dan juga menunggumu tak bersamanya.
Bedanya, menunggu berbuka puasa memberiku pahala sedangkan menunggumu memberiku
cinta. Cobaannya, aku bisa menahan hawa nafsu untuk berpuasa tapi aku tak bisa
menahan hawa nafsu kamu bersamanya.
Aku mengingat kembali bahwa aku
dulu pernah menyia-nyiakan kesempatan yang pernah kamu berikan. Memang tak ada
kesempatan kedua, tapi ada kesempatan lain. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar