Rabu, 04 Maret 2015

Bayangan


Aku ingin berkata jujur, aku bosan. Aku bosan mengikutimu terus. Karena peranku kini amat tak berarti dalam hidupmu: sebagai sesuatu yang mengikuti dibelakangmu. Cobalah menjadi diriku, rasanya nggak enak.

Aku hanyalah bayangan gelap dibelakangmu saat ada cahaya terang didepanmu. Aku tak bisa berkata apa-apa, hanya mampu berharap dalam hati agar kamu menoleh kebelakang dan melirik kearahku. Disitulah aku.

Aku tau bahwa cahaya yang sangat terang kini ada didepanmu. Tapi apakah kamu tega meninggalkanku sendirian sebagai bayangan gelapmu? Sungguh, aku takut kegelapan. Aku ingin kamu membawaku kepada cahaya itu juga, walau cahaya itu yang berhak memilikimu. Aku ingin terus bersamamu meskipun kamu semakin dekat dengan cahaya itu. Karena aku tau, semakin terang cahaya yang kamu hampiri akan semakin jelas bayanganmu terlihat. Disitulah caraku mengambil perhatianmu.

Aku tau, bayangan adalah peran yang sangat membosankan untukku. Dia hanya berwarna hitam, gelap, tak berwarna. Oleh sebab itu, kamu sendirilah yang mewarnai bayanganmu saat ini. Hidupku lebih berwarna karenamu. Lebih berwarna ketika kamu mencoba mewarnainya dengan senyuman yang tulus kamu berikan kepadaku. Itu bagaikan heroin untukku, untukku yang selalu butuh akan senyumanmu. Sayang, apa yang sekarang aku butuhkan ini tak ada bandarnya. Sehingga itu mengharuskanku mendapatkannya sendiri agar aku terus bisa melayang sebagai sebuah bayangan.

Senyum itu memang sederhana kamu berikan untukku tapi senyum itu luar biasa bagiku. Beda cara orang menikmati sesuatu. Aku adalah salah satu penikmat senyummu. Atau aku memang hanya satu-satunya penikmat senyummu.


Semenjak tulisan ini diketik, sejenak menghilangkan rasa bosanku terhadapmu. Sebab aku berpikir, aku hanya perlu menunggu waktu memberikan kesempatan padaku. Karena nanti, akan ada masanya ketika cahaya berada dibelakangmu dan bayangan terlihat jelas dihadapanmu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar