Kamis, 12 Februari 2015

Penantian Buta di Lafoten

Cerpen by Putrauma

“Alvin, maukah kau ikut denganku menangkap ikan Cod?”

            Januari di Lafoten, dimana ikan Cod bermigrasi dari Laut Barents menuju ke selatan, Lafoten. Namun Alvin selalu menolak ajakan pamannya untuk ikut menangkap ikan Cod bersamanya.

“Mengapa kau selalu menolak ajakanku?”

“Ada yang sedang aku tunggu, Neal.”

            Entah, apa yang Alvin nantikan. Hanya duduk di kursi panjang yang tak jauh dari rumahnya, berdiam diri tanpa kepastian. Tanpa menghitung setiap menit dan detiknya ia telah duduk disitu.

Di daerah yang disebut “An Arctic Paradise” dengan keindahan alam layaknya surga. Namun, tak mampu menbendungi perasaan seseorang untuk merasa kesepian, sendirian, dan menanti. Walau elang diatas cakrawala mencoba menghiburnya. Atau mungkin hanya menunggu bangkainya ketika ia mati.

Hanya berdiam diri seakan perasaannya berbicara dengan alam sekitar. Merubah posisi duduk mungkin satu-satunya hal yang dilakukannya selain berdiam diri. Dan satu-satunya hal yang dilakukan oleh orang yang menanti seseorang tanpa kepastian: jatuh cinta.

Ia sudah terlanjur menolak ajakan pamannya untuk menangkap ikan Cod bersamanya dan dia lebih memilih untuk menanti seseorang tanpa kepastian. Pilihan ini dipilihnya karena suatu alasan tertentu. Dia buta. Bahkan jika dia menerima ajakan pamannya, dia sendiri tak mampu melihat ikan Cod yang akan ditangkapnya. Dia juga lebih untuk menanti cinta yang juga buta: cinta yang memang buta karena cinta tak memiliki mata.

Yang sedang ditunggunya adalah Natalie. Inisial namanya pun ada di kalung yang dipakai oleh Alvin, “N” berarti Natalie. Ialah perempuan yang berani menerima Alvin dengan kondisinya sekarang. Tinggal dengan pamannya berdua serasa kurang lengkap tanpa kesehariannya ditemani oleh Natalie. Walaupun ia tak pernah melihat wajahnya. Hanya mampu merasakannya.

“Lepaskan tongkatmu, Alvin,” Kata Natalie sambil menurunkan tongkat Alvin “Biarkanlah aku menggandeng tanganmu untuk menuntunmu.”

Sulit untuk menjadi orang buta yang tak mampu untuk melihat keindahan di sekitarnya, seperti Lafoten dan.. Natalie.

“Keindahan yang sebenarnya bukanlah keindahan yang selalu hanya dilihat dari mata, Alvin. Keindahan itu akan lebih sempurna bila kita bisa merasakannya, bukan melihatnya,” Kata Natalie sambil memegang tangan Alvin untuk menyentuh wajahnya “..Seperti Kau.”

Siapa lagi orang yang mampu mengisi hari-hari Alvin selain Natalie. Masa lalu cerahnya dengan pandangan mata yang gelap kini menjadi benar-benar gelap. Natalie menghilang. Kabar burung berkata bahwa Laut telah menghayutkannya. Memang tak mungkin perempuan yang bersahabat dengan laut justru terbunuh oleh laut. Alvin tak ingin mengingat ini.

“Sampai kapan aku duduk disini?!” keluh Alvin sambil menarik kalung dari lehernya “Laut! hanyutkanlah tubuhku lalu sampaikan kepada Nata!” Alvin melempar kalungnya kearah Laut. Lemparannya hanya sampai ke gundukan karang.

Langkah kakinya berjalan menuju ke tebing karang yang tinggi sambil meraba langkahnya dengan tongkat kayu yang dipegangnya. Berjalan semakin menanjak menuju tebing yang benar-benar tinggi.

*****
      
      Neal sang paman pulang membawa hasil tangkapan ikan Cod dipundaknya. Berharap Alvin juga ikut senang ketika ia pulang dengan bawaannya sekarang.

     “Ini kalung milik Alvin,” kata Neal sehabis melihat kalung Alvin dan menggenggamnya. “Alvin!! Dimana kau?!” Kepanikan Neal menyeruak terhadap Alvin.
    
        Neal berjalan kebingungan mencari Alvin sampai pandangan matanya yang tajam melihat Alvin dari kejauhan sedang berjalan semakin tinggi diatas tebing. Neal cepat berlari menyusul Alvin tanpa berteriak untuk memanggilnya.

       “Alvin!” dengan kelelahan Neal memanggil Alvin yang berada di ujung tebing.

“Neal? Mau apa kau?” tebak Alvin sambil memasang tatapan butanya.

“Natalie?! Kau harus melupakannya, Alvin.” Neal berkata masih kelelahan “Seharusnya kau ikut denganku menangkap ikan Cod.” Neal mengalihkan pembicaraan sambil mendekati Alvin.

Alvin tergelincir di pinggir tebing dan terlepas dari tongkat yang dipegangnya. Dia jatuh.

“Alvin!” Neal berusaha cepat menyambar Alvin. Namun gagal.



Hanya tongkat Alvin yang selamat digenggaman Neal, juga kalung berinisial “N” milik Alvin. Mungkin ini takdir Alvin. Biarlah laut membawanya benar-benar bertemu dengan Natalie di Surga: surga yang sebenarnya, bukan surga Lafoten. Dan ia mampu melihat jelas wajah Natalie di hadapannya. Mungkin juga ikan Cod yang telah lama ingin dilihat dengan matanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar