Senin, 08 Desember 2014

Pilihan Sulit


Soalnya gampang, kan?

“Soalnya gampang kok, paling jawabannya yang susah.” jokes guru yang sering gue dengar sebelum guru membagikan soal ujian. Begonya kenapa gue selalu menanyakan pertanyaan yang sama. Dan setiap guru nge-jokes kayak gitu benak gue selalu berkata “gak ada jawaban lain apa?!”.

Harusnya guru punya jawaban lain kek, misal:
“Soalnya gampang kok, kalo kamu gak nyari persoalan sama Saya!” *oke, skip, gue males bahas ini.


Gue abis ujian disekolah, banyak yang bilang UAS. Ada yang gue benci di UAS tahun ini: Setiap hari gue mengerjakan soal selalu diawas sama guru killer. Gue yakin kalian juga ngerasain gak enaknya diawas guru killer. Bahkan tingkat labil mengisi soal bakal meningkat ketika diawasnya. Pilihan sulit selalu menghampiri. Contohnya, dari 40 soal hanya gue jawab 4 soal dengan yakin, sisanya penuh keraguan. Hanya 10% jawaban yang gue yakini benar. Walaupun gue yakin 90%nya adalah pilihan yang buruk, gue harus tetap memilihnya. Jawaban benar atau salah, bodo deh.

Gue sadar semenjak ulangan kemarin, bahwa manusia selalu dihadapi oleh pilihan sulit disetiap hidupnya. Betul gak sih? Malah juga ada yang pernah bilang hidup itu pilihan. Lebih tepatnya adalah hidup itu pilihan sulit. Tapi apa memilih cinta juga termasuk pilihan hidup?... eh, pilihan sulit hidup. Ya, gitu deh pokoknya. Apa menyulitkannya juga seperti diawas guru killer untuk menjawab semua soal? Apa ini berlaku untuk persoalan cinta? Bagi gue, ya. Karena kita gak bisa nyontek untuk mengerjakan soalnya sama seperti diawas guru killer, jawabannya murni dari kita kita sendiri, dan kita gak tau hasil akhirnya memuaskan atau nggak.

Kalo gue menganggapnya, guru killer sama dengan takdir dikehidupan nyata. Jadi yang menentukan hasil persoalan cinta itu takdir. Balik lagi ke 10% jawaban yakin benar dan 90% itu pilihan buruk. Menurut gue cinta pun begitu...


Sekarang gue udah gak mikirin gue dapet rangking dikelas atau nggak, karena gue udah berusaha menjawab soal. Tinggal berharap hasilnya memuaskan. Begitupun cinta, kita udah gak mikirin apakah akan menjadi romeo dan juliet didunia nyata, karena yang terpenting kita udah berusaha. Dan tinggal berharap juga hasilnya memuaskan. Artinya, cinta itu gak jauh beda sama menjawab soal ulangan, untuk bisa menjawabnya kita perlu belajar, belajar, dan belajar. Walaupun kita udah tau bahwa belajar itu seperti bukan pilihan baik untuk mengetahui sesuatu 2 hal ini.

Trus, gimana mempelajarinya?

Pengalaman, pelajari setiap kesalahannya. Dan belajar untuk mengetahui segalanya yang berkaitan dengan hal tersebut. Jangan bosan.

Ohh, sekarang gue malah langsung dihadapin pilihan sebagai seorang pelajar: “mau mempelajari cinta atau pelajaran sekolah?” Busett, Pilih yang mana ya? Jawabannya gak akan dicantumin di postingan ini ahh...

Gue mau kasih motivasi biar kalian gak males belajar aja deh.

Terkadang, mencintai bukan pilihan baik, walaupun kita tau itu adalah pilihan buruk. Tapi kita tetap memilihnya, sebab kita memilih karena kita mencintai. Sama seperti menjawab soal ujian, sebab kita memilih karena kita mengerti. Makanya jangan males belajar yaaa, supaya ngerti.  J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar