Minggu, 27 April 2014

Move On Ala Gue

Gue akuin bahwa move on itu sulit, karena ketika move kalian bakalan menghadapi perubahan yang berbelit-belit. Misalnya, kalo setiap pagi biasanya ada yang ngucapin “selamat pagi, sayang.” dilayar hape, sekarang setiap pagi hape sepi lalu bingung mau ngapain megang hape tersebut. Gue terinspirasi buat postingan ini karena kebetulan temen gue ada yang lagi “move on”, tapi dia malah jadi “oon” karena emang move on itu membuat dia terasa terluka. Jadi, bagi gue move on itu bisa sukses kalo kalian menemukan seseorang yang mampu melupakan bahwa sebenarnya kalian sedang terluka (walaupun emang sulit). Apalagi kalo takdir orang yang lagi move on dia malah ketemu sama orang yang lagi move on juga, dia beruntung. Kenapa gue bilang beruntung? Anggap aja move on itu negatif(-), kalo lo ngerti rumus matematika pasti kalo “negatif(-) X negatif(-) = positif(+)". Jadi, move on yang negatif mungkin bisa aja berubah jadi positif dan bisa membebaskan mereka berdua dari move on yang negatif. Semoga kalian yang baca ngerti matematika. Walaupun tadi emang nggak nyambung, gue punya alasan lain. Alasannya.. mungkin definisinya sama aja sih kaya yang diatas tadi. Jadi, nggak perlu ditulis deh ya?

Gue mau curhat sedikit nih tentang perjuangan move on. Mungkin biasa aja, tapi siapa tau kalian juga ngerasain ini. Cekidot, ini kisah nyata perjuangan moveon:
-          Meratapi hape yang sepi sambil berharap tiba-tiba ada seseorang yang menghubungi.
-          Berusaha untuk selalu mengingat bahwa sekarang sedang melupakan seseorang.
-          Kalo bete lalu bingung, mau jalan. Tapi sama siapa?
-          Mau cari pengganti tapi takut dibilang “pelarian”.
-          Ketemu mantan. Udah nggak manggil pake kata “sayang, beb, dll” tapi manggilnya pake kata depan.
-          Nggak mau mencari pengganti doi tapi maunya menunggu pengganti doi.
-          Udah 99% berhasil move on tapi doi malah kembali lagi.

Nih yang ditunggu, “Move on ala gue”, ini absurd tapi semoga mujarab:
-          Ganti nomor hape
Doi bisa dateng kapan aja. Jadi, buat jaga-jaga kalo kalian hampir sukses move on kan nggak takut kalo doi tiba-tiba menghubungi. Dan, kasian lagi kalo kalian udah move on tapi nomor hapenya belom bisa move on dari nomor hape doi. Kan berabe kalo nanti nangis pulsa, haha.
-          Ganti keypad dan casing hape
Kalian kan nggak mau bersentuhan lagi sama doi. Terus kalo hape itu pernah dipegang doi berarti ada sidik jarinya. Kalian nggak mau bersentuhan sama doi berarti kalian juga jangan bersentuhan sama sidik jarinya.
-          Pindah rumah
Ini kalo doi tetangga kalian, haha.
-          Pindah sekolah
Walaupun doi beda sekolah, siapa tau aja bokapnya doi kepala sekolah atau OB disekolah kalian.

Yah! Akhirnya postingan nggak bermanfaat ini selesai juga. Gue nulis karena (ke)bete(an) menjalani move on. Makannya pasti postingan ini banyak kekurangan, jangan sungkan untuk coment kekurangannya biar bisa gue perbaiki. Ajarin gue move on dong? Kalo ada cheatnya enak, gue mau move on dan dapetin seseorang yang lebih baik dari sebelumnya.
Selamat melaksanakan move on (bagi yang menunaikannya).


Selasa, 08 April 2014

Menjadi Seorang Comic

Gue nggak pernah terpikirkan kalo gue bisa menjadi Comic. Kalian tau kan apa itu Comic? Comic buat gue adalah seorang komedian yang melakukan comedy secara tunggal diatas panggung, kemudian penyampaikan segala materi keresahannya dan pembelokan asumsi yang dipikirkannya kepada penonton sehingga membuat tawa. Awalnya gue sempat ragu untuk bidang ini karena keinginan gue bukan untuk menekuni bidang ini. Banyak yang bilang untuk melakukan hal ini sulit, karena ketika diatas panggung semuanya bergantung pada lo sendiri. Kalo penonton ketawa siap-siap lo sujud syukur, tapi kalo nggak ‘jangan menyerah’. Kalo gue sih sebelum materi gue jadi MATENG (MAteri ganTENG), pastinya gue make up dulu dengan cara comedy buddy.  Apa pun yang gue dapat akan selalu gue terima.

Ceritanya panjang, sampai hingga gue menyebut diri gue ‘Comic’.

Gue pernah bikin komunitas dance yang menekuni Jumpstyle, tapi dua bulan kemudian bubar. Pada saat menekuni Jumpstyle, gue juga menekuni bidang musik. Pas dance bubar gue gak keabisan akal. Gue mau bikin grup band, supaya keahlian gue bermain musik nggak hanya gue nikmatin sendiri. Tapi berlangsungnya gue mau punya personil, mereka yang mau gabung sama sekali nggak ada usahanya, sehingga gue kayak bekerja keras sendirian. Gue putuskan, mendingan gue bermain musik sendirian dengan lagu yang gue ciptakan sendiri juga. Namun gagal. Gue nggak pernah perform disetiap lagu gue. Sampingan gue tinggalah menulis. Apalah hasilnya kalo tulisan gue terbit tapi nggak ada yang mengenal gue? Guepun menulis tanpa inspirasi yang penuh. Bahkan mungkin kalo tulisan gue emang berhasil terbit pasti banyak yang berpikir untuk membeli karya gue, karena belum mengenal gue. Gue pernah bikin tulisan beraliran komedi. Alhasil pas tulisan yang gue bikin seperti materi stand up comedy. ‘Stand Up Comedy’ gue memikirkan ini. Mungkin ini jalan keluarnya.

Bolak-balik gue cari situs yang berhubungan dengan stand up comedy dan mencari komunitasnya. Gue sempet dapet komunitas ‘Stand Up Jakbar’, tapi kejauhan. Gue mencari lagi yang lebih deket dari rumah gue. Dapet, di daerah pamulang. Gue mau nyari yang lebih deket dari rumah gue, bintaro. ‘Stand Up BTS’ namanya. Gue nggak pernah sadar ternyata di bintaro ada komunitas stand up comedy. BTS itu singkatan dari ‘Bintaro Tangerang Serpong’, gue kira ‘Behind The Scenes’. Akhirnya gue punya banyak temen baru yang humoris.

Jarang ada yang tau bahwa menurut gue stand up comedy itu adalah relaksasi yang unik. Apalagi jika menjadi Comic. Relaksasi yang gue rasain lebih luar biasa. Gue bisa meningkatkan keahlian Public Speaking gue karena sering berbicara sama banyak orang. Gue jadi bisa berpikir apa yang belum pernah terpikirkan orang lain namun orang lain mampu menerima dan mengerti apa yang gue pikirkan. Yang pasti gue sedikit lebih cerdas dari sebelumnya karena otak gue lebih sering untuk berpikir, contohnya: membuat materi stand up yang struktur pembuatannya pasti memerlukan otak untuk berpikir. Jadi, “Untuk menjadi cerdas, kita tidak perlu memaksakan otak untuk selalu berpikir tentang hal yang serius. Tapi, biarkan otak berkembang dengan sendirinya dan cobalah untuk berpikir tentang hal yang membuat orang senang untuk tidak selalu serius, karena ini adalah acuan untuk membuat otak ini semakin senang berpikir untuk membuat orang senang.” ~Putra Aria Abu Jafar (yess! Gue punya quote). Semoga stand up comedy akan selalu menjadi mood booster gue, Amin. (doa jomblo)


Ini Open Mic Gue :D

Semoga kalian yang udah baca ini tercerahkan juga untuk menjadi seorang comic. Doa’in gue ya? Semoga sukses dibidang ini. Gue pastinya juga akan doa’in kalian juga kok buat jadi orang sukses juga:). Tanpa kalian yang support gue, gue nggak bakalan menjadi apa-apa. Kalian saksinya kalo gue ada di dunia ini untuk memetik mimpi dan mengolahnnya menjadi takdir.


Selasa, 01 April 2014

Kenangan Yang Harus Pergi

 Diikut sertakan dalam lomba #suratuntukruth novel Bernard Batubara (@Benzbara_) dan Gramedia Pustaka Utama (@Gramedia)
 #suratuntukmantan

        Untuk seseorang yang pernah aku miliki, pernah aku kasihi, pernah aku dambakan, pernah merasuki pikiran dan pernah ada di dalam hati ini.
Kita telah jauh melangkah untuk merasakan alunan melody dan warna dari kenyataan hidup ini. Ketika aku pernah berfikir saat pertemuan pertama kita akan menjadi awal yang indah. Pertemuan kita terasa semakin indah untuk melekatkan kedua hati ini sehingga menjadi sebuah cinta. Tanpa aku sadari bahwa saat kita semakin bersama, kita semakin dekat, kita semakin melekat, kita sebenarnya telah membuat dua hati kita sendiri semakin menyatu untuk sangat sulit melepaskannya. Aku tak mau pergi untuk meninggalkan kamu, tapi aku harus pergi. Semakin aku pergi jauh untuk meninggalkan kamu, namun pikiran ini akan semakin dekat untuk memikirkanmu.
Aku masih menyayangimu, tapi untuk meninggalkanmu itu hal yang paling aku benci. Aku benci melupakanmu. Melupakan bahwa aku dulu menganggapmu hanyalah angan-anganku dan kini aku harus melupakanmu agar dirimu hanyalah menjadi bayang-bayangku. Bayangan yang pernah aku sentuh, hanyalah kamu. Bayangan berwarna  yang berhasil mencerahkan hari-hari gelapku.
Kenangan ini masih aku genggam erat, sangat erat seperti menggenggam seekor merpati yang ingin terbang kembali kepada satu pasangannya. Aku ingin seperti merpati yang setia, “Sejauh apapun ia pergi, ia pasti mampu untuk kembali ke pasangannya lagi,”. Mungkin, jika kamu hanya pergi dan tak kembali, cinta ini akan seperti Love Bird, “Ketika diantara satu pasangannya pergi dan tak kembali, ia menganggapnya mati. Setelahnya itu ia menyusul pasangannya yang telah dianggap mati untuk ikut mati juga,”
Aku hanya ingin kamu kembali, karena aku tak ingin hanya mampu melihatmu dari bayangan mimpi. Mulut ini yang berbicara dan berdoa bahwa aku ingin kamu kembali lagi. Dengarkan kata hatimu sebelum termakan oleh ucapanmu sendiri bahwa kamu ingin menjauh dariku, kamu mengatakan “Jangan ingat lagi aku dalam setiap pikiranmu dan jangan sebut namaku lagi dalam setiap doamu!”.
Aku tak ingin kita bersatu hanya untuk berpisah. Meninggalkan satu, dua, dan banyak kenangan lagi hingga nantinya terbakar sia-sia oleh api emosi. Emosi kita berdua yang selalu bilang kita sanggaup untuk bersama, tapi disetiap detiknya kita malah semakin terpisah. Kita terlanjur berpisah meninggalkan semuanya kemudian berharap ada jalan berputar untuk bisa kembali menjeput kenangan yang sudah terbakar sia-sia. Hanya karena api emosi.
Kenangan harus pergi, meninggal kepastian yang dulu pernah tumbuh di hati. Aku berharap pilihanmu tepat sehingga aku berada dalam posisi yang tepat. Mantan, kata yang tepat untuk kita. Mantan yang mungkin sebenarnya menyimpan kenangan disaat harus membuangnya jauh dari masa lalu. Tinggalkanlah masa lalu ini, dan kamu dengan mudah bisa membuka hatimu yang terkunci erat karena sebuah kenangan.

Masa Lalu Kamu,


Putrauma